Tuesday, June 24, 2014

PERANG MUT'AH

Terjadi pada 629 M atau 5 Jumadil Awal 8 Hijriah, dekat kampung yg bernama Mu’tah, di sebelah timur Sungai yordan dan Al Karak, antara pasukan Khulafaur Rasyidin yg dikirim oleh Nabi Muhammad dan tentara kekaisaran romawi timur..

Peperangan yg tercatat dlm sejarah sebagai perang besar di mana tentara Islam yg berjumlah 3.000 org melawan 200.000 tentara Romawi Nasrani. Sekalipun demikian dahsyatnya peperangan Mu’tah, sahabat yg mati syahid hanya 12 orang, dan mereka memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah swt


Sebab Terjadinya Perang Mu’tah

Sebab terjadinya perang ini adalah Rasulullah saw mengirim surat melalui utusannya, Harits bin Umair ra kepada Raja Bushra. Tatkala utusan ini sampai di Mu’tah (Timur Yordania), ia dihadang dan dibunuh, padahal menurut adat yg berlaku pada saat itu – dan berlaku hingga sekarang- bahwa utusan tidak boleh dibunuh dan kapan saja membunuh utusan, maka berarti menyatakan pengumuman perang. Rasulullah saw marah akibat tindakan jahat ini, beliau mengirim pasukan perang pada Jumadil Awal tahun ke-8 Hijriah yg dipimpin oleh Zaid bin Haritsah.

Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Jika Zaid mati syahid, maka Ja’far yg menggantikannya. Jika Ja’far mati syahid, maka Abdullah bin Rawahah penggantinya.”

Ini pertama kali Rasulullah saw mengangkat tiga panglima sekaligus karena beliau mengetahui kekuatan militer Romawi yg tak tertandingi pada waktu itu.

Tentara Allah Swt Berangkat Pasukan ini berangkat hingga tiba di Ma’an wilayah Syam dan sampai kepada mereka berita bahwa Raja Romawi bernama Heraklius telah tiba di Balqa bersama 100.000 tentara dan bergabung bersama mereka kabilah2 Arab yg beragama Nasrani yg berjumlah 100.000 tentara sehingga total tentara musuh berjumlah 200.000 tentara. Setelah para sahabat bermusyawarah, sebagian mereka mengatakan, “Kita mengirim utusan kepada Rasulullah saw agar beliau menambahkan kekuatan tentara atau memerintahkan kepada kita sesuatu.”

Lalu panglima mereka yg ketiga, Abdullah bin Rawahah ra, menyemangati mereka seraya mengatakan, “Wahai kaum! Demi Allah, sesungguhnya apa yg kalian takutkan sungguh inilah yg kalian cari (yakni) mati syahid. Kita tidak memerangi manusia karena banyaknya bilangan dan kekuatan persenjataan, tetapi kita memerangi mereka karena agama Islam ini yg Allah muliakan kita dengannya. Bangkitlah kalian memerangi musuh karena sesungguhnya tidak lain bagi kita melainkan salah satu dari dua kebaikan, yaitu menang atau mati syahid.”

Maka sebagian mereka berkata, “Demi Allah, Ibnu Rawahah benar.” Lalu mereka berangkat sampai mereka tiba di Balqa tempat musuh berada.

Ini munjukka betapa besar keberanian para sahabat dalam jihad memerangi musuh2 Allah, semoga Allah melaknat Siapa saja yg mencela para sahabat.

Pertempuran
Tentara Islam dan tentara kufur saling berhadapan. Perlu kita ketahui, tentara di medan perang dibagi menjadi lima pasukan, yaitu:

pasukan depan, belakang, kanan, kiri, dan tengah sebagai pasukan inti.

Tentara musuh dgn jumlah yg sangat banyak mengharuskan seorang tentara dari sahabat melawan puluhan tentara musuh.

Akan tetapi, tentara Allah yg memiliki kekuatan iman dan semangat jihad untuk meraih kemulian mati syahid tidak merasakannya sebagai beban berat bagi mereka sebab kekuatan mereka satu banding sepuluh

sebagaimana digambarkan oleh Allah Swt dalam ayat, “Jika ada di antara kalian 20 orang yang bersabar maka akan mengalahkan 200 orang.” (QS. Al Anfal: 65)

Tentara Allah sebagai wali dan kekasih-Nya yg berperang untuk meninggikan agama- Nya, maka pasti Allah bersama mereka. Adapun orang2 kafir sebanyak apapun bilangan dan kekuatan mereka, maka ibarat buih yg tidak berarti apa2.

Peperangan berkecamuk dgn dahsyat. Pusat perhatian musuh tertuju kepada pembawa bendera kaum muslimin dan keberanian para panglima Islam dalam maju memerangi musuh, hingga mati syahidlah panglima pertama, Zaid bin Haritsa ra.

Lalu bendara perang diambil oleh panglima kedua, Ja’far bin Abi Thalib ra. Beliau berperang habis-habisan hingga tangan kannya terputus, lalu bendera dibawa dgn tangannya kirinya hingga terputus pula dan merangkul bendera dgn dadanya hingga terbunuh, dan syurgalah tempatnya.

Setelah beliau syahid ditemukan pada tubuhnya terdapat 90 luka lebih antara tebasan pedang, tusukan panah atau tombak yg menunjukkan keberaniannya dalam menyerang musuh.

Kemudian bendera perang dibawa oleh panglima ketiga. Abdullah bin Rawahah ra dan berperang hingga mati syahid menyusul kedua rekannya. Agar bendera perang tidak jatuh maka mereka mengangkatnya dan bersepakat untuk menyerahkannya kepada Khalid bin Walid ra, maka beliau membawa bendera perang.

Setelah peperangan yg luar biasa, keesokan harinya Khalid ra dgn kecerdasan siasat baru dgn mengubah posisi pasukannya dari semula; yaitu pasukan depan ke belakang dan sebaliknya, pasukan kanan ke kiri dan sebaliknya, sehingga tampak bagi musuh bahwa kaum muslimin mendapat bantuan tentara yg baru dan menimbulkan rasa takut dalam hati mereka dan menjadi sebab kekalahan mereka.

Setelah berperang lama, Khalid ra menilai bahwa kekuatan musuh jauh tidak sebanding dgn kekuatan kaum muslimin. Maka beliau menarik mundur pasukannya dgn selamat hingga ke Madinah, sedang musuh tidak mengejar mereka karena khawatir kalau2 ini dilakukan oleh kaum muslimin sebagai siasat perang untuk mengajak Romawi menuju medan perang yg lebih terbuka di padang pasir yg akan merugikan Romawi.

Dalam perang ini, Khalid ra berperang habis-habisan hingga sembilan pedang patah di tangannya. Ini menunjukkan betapa besarnya peperangan tersebut dan betapa besar perjuangan para sahabat demi Islam. Maka semoga Allah melaknat orang yg tidak mengakui keutamaan para sahabat. Seandainya mereka mencela seorang saja dari sahabat biasa, sungguh cukuplah sebagai kejelekan mereka, lalu bagaimana jika yg mereka cela adalah kebanyakan sahabat bahkan yg paling utama di antara mereka. Sungguh tidak ada kebaikan yg dilakukan oleh siapa pun kecuali para sahabat merupakan pendahulunya dan mendapat pahalanya.

Sekalipun demikian dahsyatnya peperangan Mu’tah, sahabat yg mati syahid hanya dua belas org, dan mereka memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah. Adapun pasukan musuh tidak dapat dipastikan bilangan mereka yg terbunuh, tetapi diperkirakan sangat banyak. Hal ini dapat diketahui dari hebatnya peperangan yg terjadi.

Rasulullah Saw Berkisah Tentang Perang Tampak mukjizat kenabian, tatkala Rasulullah saw menyampaikan kepada para sahabat di Madinah tentang kematian tiga panglimanya.

Rasulullah saw naik mimbar dalam keadaan sedih meneteskan air mata seraya berkata, “Bendera perang dibawa oleh Zaid lalu berperang hingga mati syahid, lalu bendera diambil oleh Ja’far dan berperang hingga mati syahid, lalu bendera perang dibawa oleh Siafullah (Pedang Allah – yakni Khalid bin Walid, pen.) hingga Allah memenangkan kaum muslimin.” Setelah itu, beliau mendatangi keluarga Ja’far dan menghibur mereka serta membuatkan makanan untuk mereka.

Pelajaran dari Kisah:

1. Boleh mengangkat beberapa pemimpin dalam satu waktu dgn syarat tertentu dan memimpin secara berurutan.

2. Kaum muslimin mengangkat Khalid sebagai panglima perang merupakan dalil bolehnya ijtihad di masa hidupnya Rasulullah.

3. Keutamaan tiga panglima (Zaid, Ja’far, Abdullah bin Rawahah) dan keutamaan Khalid bin Walid sebab dalam peperangan ini Rasulullah saw menamainya dgn Saifullah (Pedang Allah).

4. Rasulullah saw sedih atas kematian tiga panglimanya, menunjukkan rahmatnya kepada umatnya dan bahwasanya beliau berusaha menentramkan jiwanya untuk bersabar terhadap musibah. Dan ini lebih baik daripada yg tidak sedih dan tidak tersentuh oleh musibah sama sekali.

5. Hakikat hidup dan ‘izzah (kemuliaan) yg disingkap oleh Abdullah bin Rawahah ra bahwa sesungguhnya kemenangan bukanlah karena kekuatan dan jumlah secara materi, melainkan agama dan ketaatan kepada Allah.

Lihat Sirah Nabawiyyah karya Dr. Mahdi Rizqullah Ahmad: 521-526 dan Sirah Nabawiyyah karya Dr. Akram: 2:267-270 Oleh: Ustadz Abu Hafshoh

Sumber: Majalah Al-Fuqon Edisi 6 Tahun Ke-11 1433 H/2012 M


Labels:

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home